ﷲ¸ ❀ (`•.¸¸ﷲ¸¸.♥ “Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan yang paling indah ialah wanita yang Sholehah.” ♥ *•.¸¸ﷲ¸'❀ *¸¸ﷲ

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Blog Diqie Michael Heart didedikasikan untuk umum. Bagi siapa saja tanpa terkecuali, yang ingin belajar tentang bacaan-bacaan doa, silakan dapat belajar bersama kami di Blog kami ini. Semua materi yang disajikan merupakan hasil dari pembelajaran kami. Kami mohon maaf jika terdapat tulisan (khususnya tulisan arabic) serta lafadz-lafadz arab yang dilatinkan jauh dari kesempurnaan.

Diqie Michael Heart

Anda dapat menyebarluaskan semua materi yang sudah tersaji disini, dengan catatan menyertakan sumber atau link yang menuju ke Blog Ini dan/atau link langsung menuju halaman yang bersangkutan

Diqie Michael Heart

Untuk penulisan latin (arab yang dilatinkan) juga masih jauh dari kesempurnaan. Karena pasti tentu berbeda ucapannya antara mempelajari langsung dengan tulisan arab dan tulisan latin. Maka dari itu, kami sangat merekomendasikan para pembaca untuk didampingi oleh kakak, teman, orang tua atau ustadz yang lebih pintar dalam mempelajari doa-doa islami, agar hasilnya lebih fashih dalam pengucapannya serta lebih afdhol

Diqie Michael Heart

Semua gambar ilustrasi yang ada di Blog Ini merupakan hasil pencarian dari google.com, yang kemudian di edit dengan ukuran panjang dan lebar yang kami sesuaikan dengan Blog Ini. Apabila gambar hasil karya Anda terdapat di blog ini, silakan Anda hubungi kami dan dengan senang hati kami akan meresponnya.

Diqie Michael Heart

Dalam penulisan bahasa arab, kami menyadari masih banyak ke kurangan. Hal ini dikarenakan sangat terbatasnya menu-menu yang tersaji di dalam program (Ms. Word) yang kami gunakan untuk menulis bahasa arab, sehingga masih banyak kekurangan. Misalnya, dalam penulisan fathah panjang (berdiri), sejauh ini saya belum bisa menerapkannya, sehingga saya lebih memilih tidak memberikan fathat. Contoh lafadz اَللهُ , tulisan tersebut benar. Namun apabila kami menulis lafadz اَللهُمَّ , maka secara otomatis tanda fathah dan tasydid di atas huruf "Lam" akan hilang. Begitu juga dengan beberapa kalimat arab lainnya.

Saturday, September 14, 2013

WANITA PERTAMA YANG MASUK SURGA

Suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rosulullah. Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga? Rosulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.

Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya.Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbullah keinginan fatimah untuk mengetahui siapakan gerangan permpuan itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Setelah minta izin kepada suaminya, Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berngkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.

Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamu’alaikum…!”

“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.

“Alhamdulillah,alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.

“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.

“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.

“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.

“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada suami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.

Besoknya, Fatimah dating lagi ke rumah Muti’ah, kali ini ditemani oleh Hasan dan Husain. Beritga mereka mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:

“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.” “Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kai ini juga menolak.

Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.

Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.

Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehngga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.

“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.

Mendekati tengah hari , maskan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan.

“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah

“Di ladang,” jawab Muti’ah.

“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”

“Oh, itu?” sahut Mutiah denga tersenyu.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah maskan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”

“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.

“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.

“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambing perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.”

tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.

“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”

sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.
Share:

Fans Page

Support

Heartless Background